Ungkapan yang berbunyi bahwa “diam adalah emas” memang tak salamanya tepat . Tetapi ada kalanya justru kita harus berbicara ataupun bersikap tetapi dalam ukuran yang tepat dan dalam keadaan yang tepat pula diam justru merupakan sikap yang paling bijaksana . Lalu kapan harus diam dan kapan harus bicara sangat tergantung pada kearifan kita .
Alkisah
Ada seorang pengembara yang suka banyak bicara . Suatu hari ia harus meneruskan perjalanan yang mengharuskannya menempuh sebuah hutan , tiba – tiba terdengar suara orang berbicara , pengembara kaget dan takut . akhirnya dia mencari di mana asal suara itu dan ternyata di bawah sebuah pohon yang besar ia menemukan sebuah tulang yang berbicara sendirian . Dengan rasa tidak percaya si pengembara memberanikan diri mendekat dan bertanya
Pengembara : Hai tengkorak, bagaimana kau bias sampai di hutan ini ?
Tengkorak : Yang membawa aku sampai di hutan adalah mulut yang banyak bicara .
Pada saat keluara dari hutan ia sangat gembira dan memberitahukan hel tersebut kepada banyak orang bahwa di hutan ia menemukan tengkorak yang bias bicara . Tetu saka tidak ada orang yang percaya , mereka bilang “ sinting , mana ada tengkorak yang bisa bicara ” . Meskipun ticak ada yang percaya dia pun terus menceritakan tentang pertemuannya dengan tengkorak kepada setiap orang yang di temui nya . Berita ini pun sampai terdengar ke istana , singkat cerita Raj mendengar lalu mengundang si pengembara dating ke Istana . Dalam pertemuan dengan raja , pengembara pun mulai bercerita
“ Baginda, hamba telah menemukan sebuah tengkorak yang dapat berbicara . Mungkin baginda dapat menanyakan tentang masa depan raja dan lain sebagainya “
Karena rasa ingin tau , sang Raja pun mengajak para pengawal nya untuk pergi ke hutan untuk menemui tengkorak itu . sesampainya di tempat itu sang pengembara dengan percaya diri berkata
“ Hai tengkorak , bagaimana kau bisa sampai di hutan ini ? ” sang raja dan pengawal dengan tidak sabar menunggu jawaban . Tetapi setelah beberapa kali bertanya , tengkorak tidak menjawab dan hanya diam membisu . Para pengawal menatap geli kea rah sang raja karena jelas Raja telah di perdaya oleh si pengembara . Dengan marah Raja berbicara kepada si pengembara
“ sebenarnya aku tidak pernah percaya dengan omongan mu , kamu piker aku ini raja yang bodoh ?. Aku kemari justru untuk membongkar kebohongan mu , dan untuk bualan mu itu kamu harus bertanggung jawab dan membayar harganya ”
Raja lalu memerintah kan hukuman penggal kepala dan meletakkan kepala si pengembara di dekat tengkorak . Setelah sang Raja dan para pengawal pergi meninggalkan hutan tiba – tiba tengkorak bersuara
Tengkorak : “hai pengembara, bagaimana kau bias sampai di hutan ini ?
Pengembara : Yang membawa aku sampai di hutan adalah mulut yang banyak bicara .
Sering kali pertengkaran , ke salah pahaman , permusuhan besar muncul gara – gara omongan yang tidak pada tempat nya . Mereka yang suka mengumbar omongan sering kali menjadi kurang waspada sehingga mudah menyinggung , meleceh kan atau merendahkan orang lain . Sekilas masalah seperti ini tampak sepele tetapi bisa berakibat fatal . alangkah baik nya jika setiap saat kita bisa mengendalikan diri , tau kapan dan mengapa harus bicara , bahkan terkadang bisa diam adalah sikap yang paling bijak .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar