Inti Sari Kandungan Ayat (Ayat 1-3)
Surah yang lalu (al-‘Alaq), menguraikan tentang wahyu al Qur'an yang pertama. Surah ini antara lain menguraikan tentang masa turunnya wahyu al Qur'an yang pertama itu dengan menyatakan: "Sesungguhnya Kami, Allah, melalui malaikat Jibril telah menurunkannya, yakni menampakkan al Qur’an atau kelima ayat pada awal surah al 'Alaq, pertama kali ke alam nyata pada malam al Qadar yakni pada malam mulia, serta malam penentuan.”
Selanjutnya, ayat ke 2 menguraikan kehebatan malam itu dengan menyatakan: Apakah yang menjadikan engkau, siapa pun engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah Lailat al Qadr? Yakni engkau tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hebat dan mulia malam itu. Kata-kata yang digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya. Untuk memberi sekadar gambaran, ayat 3 menyatakan bahwa Lailat al Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-3
1. Al Qur'an turun pertama kali pada salah satu malam agung, yang dinamai Lailat al Qadr dan itu terjadi pada salah satu malam di bulan Ramadan.
2. Walaupun malam pertama turunnya al Qur'an dapat diduga, yakni 17 atau 27 Ramadan, namun menentukan kapan datangnya Lailat al Qadar sesudah
tahun turunnya al Qur’an itu tidaklah dapat diketahui secara pasti, kecuali bahwa ia terjadi pada bulan Ramadan.
3. Malam Qadr tidak dapat dilukiskan kehebatannya. Dari namanya “malam mulia” atau “malam penentuan” dapat ditarik kesan bahwa ia sangat mulia dan sangat menentukan melebihi kemuliaan dan penentuan yang terjadi pada seribu bulan selainnya.
4. Malam di mana al-Qur’an yang merupakan cahaya wahyu Ilahi menerangi alam raya untuk memberi petunjuk kebahagiaan umat manusia, (satu malam itu) jauh lebih baik daripada seribu bulan, di mana kemanusiaan hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliah.
5. Beribadah pada malam Lailat al-Qadr sama nilai pahalanya—bukan kewajiban ibadahnya—dengan beribadah selama seribu bulan. Siapa yang "bertemu" dengannya, akan memperoleh bimbingan Ilahi sehingga pada akhirnya malam itu merupakan malam penentuan bagi perjalanan hidupnya ke depan, dunia dan akhirat.
Surah yang lalu (al-‘Alaq), menguraikan tentang wahyu al Qur'an yang pertama. Surah ini antara lain menguraikan tentang masa turunnya wahyu al Qur'an yang pertama itu dengan menyatakan: "Sesungguhnya Kami, Allah, melalui malaikat Jibril telah menurunkannya, yakni menampakkan al Qur’an atau kelima ayat pada awal surah al 'Alaq, pertama kali ke alam nyata pada malam al Qadar yakni pada malam mulia, serta malam penentuan.”
Selanjutnya, ayat ke 2 menguraikan kehebatan malam itu dengan menyatakan: Apakah yang menjadikan engkau, siapa pun engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah Lailat al Qadr? Yakni engkau tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hebat dan mulia malam itu. Kata-kata yang digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya. Untuk memberi sekadar gambaran, ayat 3 menyatakan bahwa Lailat al Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-3
1. Al Qur'an turun pertama kali pada salah satu malam agung, yang dinamai Lailat al Qadr dan itu terjadi pada salah satu malam di bulan Ramadan.
2. Walaupun malam pertama turunnya al Qur'an dapat diduga, yakni 17 atau 27 Ramadan, namun menentukan kapan datangnya Lailat al Qadar sesudah
tahun turunnya al Qur’an itu tidaklah dapat diketahui secara pasti, kecuali bahwa ia terjadi pada bulan Ramadan.
3. Malam Qadr tidak dapat dilukiskan kehebatannya. Dari namanya “malam mulia” atau “malam penentuan” dapat ditarik kesan bahwa ia sangat mulia dan sangat menentukan melebihi kemuliaan dan penentuan yang terjadi pada seribu bulan selainnya.
4. Malam di mana al-Qur’an yang merupakan cahaya wahyu Ilahi menerangi alam raya untuk memberi petunjuk kebahagiaan umat manusia, (satu malam itu) jauh lebih baik daripada seribu bulan, di mana kemanusiaan hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliah.
5. Beribadah pada malam Lailat al-Qadr sama nilai pahalanya—bukan kewajiban ibadahnya—dengan beribadah selama seribu bulan. Siapa yang "bertemu" dengannya, akan memperoleh bimbingan Ilahi sehingga pada akhirnya malam itu merupakan malam penentuan bagi perjalanan hidupnya ke depan, dunia dan akhirat.
Inti Sari Kandungan Ayat 4-5
Kebaikan dan kemuliaan Lailat al-Qadr yang disinggung oleh ayat-ayat sebelumnya, dilukiskan lebih jauh oleh ayat 4 dengan menyatakan bahwa pada malam itu silih berganti turun malaikat-malaikat dan Ruh, yakni malaikat Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur banyak urusan. Dampak dari turunnya itu menurut ayat 5 adalah salâm, yakni kedamaian dan kesejahteraan yang agung dan besar sampai dengan terbitnya fajar.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 4-5
1. Malaikat adalah petugas-petugas yang ditetapkan Allah mengurus berbagai urusan. Kita tidak mengetahui bagimana cara kerja mereka. Salah satu fungsi mereka, menurut al-Qur’an, adalah mengukuhkan mental manusia dan mendorongnya
beramal saleh. Dengan demikian, salah satu indikator pertemuan dengan Lailat al-Qadr adalah terdorongnya seseorang melakukan aneka kebajikan.
2. Sementara kaum sufi memahami arti terbitnya fajar pada ayat ini sebagai terbitnya fajar matahari dari sebelah barat, yaitu yang akan terjadi kelak menjelang kiamatnya dunia sehingga ayat ini mereka pahami bahwa keselamatan, kedamaian, dan kebebasan dari segala bentuk kekurangan terus menerus berlangsung hingga saat terbitnya fajar tersebut. Ini bagi yang beruntung menemui Lailat al-Qadr.
Demikian, wa Allâh A‘lam
Kebaikan dan kemuliaan Lailat al-Qadr yang disinggung oleh ayat-ayat sebelumnya, dilukiskan lebih jauh oleh ayat 4 dengan menyatakan bahwa pada malam itu silih berganti turun malaikat-malaikat dan Ruh, yakni malaikat Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur banyak urusan. Dampak dari turunnya itu menurut ayat 5 adalah salâm, yakni kedamaian dan kesejahteraan yang agung dan besar sampai dengan terbitnya fajar.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 4-5
1. Malaikat adalah petugas-petugas yang ditetapkan Allah mengurus berbagai urusan. Kita tidak mengetahui bagimana cara kerja mereka. Salah satu fungsi mereka, menurut al-Qur’an, adalah mengukuhkan mental manusia dan mendorongnya
beramal saleh. Dengan demikian, salah satu indikator pertemuan dengan Lailat al-Qadr adalah terdorongnya seseorang melakukan aneka kebajikan.
2. Sementara kaum sufi memahami arti terbitnya fajar pada ayat ini sebagai terbitnya fajar matahari dari sebelah barat, yaitu yang akan terjadi kelak menjelang kiamatnya dunia sehingga ayat ini mereka pahami bahwa keselamatan, kedamaian, dan kebebasan dari segala bentuk kekurangan terus menerus berlangsung hingga saat terbitnya fajar tersebut. Ini bagi yang beruntung menemui Lailat al-Qadr.
Demikian, wa Allâh A‘lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar