Suara Bocah Bekasi

Kamis, 17 Maret 2011

Ideologi dan Persatuan dalam Persfektif KH. Noer Alie

 KH. NOER ALIE TOKOH PEMERSATU
Tidak ada yang meragukan kesuksesan K.H. Noer Alie dalam membangun dan memperjuangkan ummat Islam terutama di daerah Bekasi. Perjuangan beliau kemudian memperoleh penghargaan berupa Bintang Mahaputera dan pengakuan menjadi Pahlawan Nasional. Tulisan ini lahir karena adanya keinginan untuk menggali pemikiran dan karya agung K.H. Noer Alie. Meski beliau tidak meninggalkan karya tulis yang dapat dijadikan rujukan, tapi karyanya terserak di berbagai tempat, khususnya di bidang sosial  dan pendidikan dari situlah tulisan ini diangkat, termasuk dari cerita dan pengalaman yang diperoleh para keluarga, sahabat dan para muridnya. Namun, kali ini bahasan tulisan ini hanya menyangkut aspek ideologi dan persatuan, dua sisi yang dianggap penting saat ini. Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan dan refleksi bagi kita semua, khususnya kalangan muda dan generasi berikutnya. Ideologi dan pandangan dunia-Tauhid (Islamic-worldview) dapat diartikan sebagai dasar untuk membangun masyarakat. Menurut K.H. Noer Alie, Islam adalah agama yang sempurna sehingga memiliki ideologi sebagai penafsiran atas ajaran-ajarannya yang bersifat abadi dan final. Implementasi ideologi menurut beliau adalah "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur" (QS. Saba: 12) Menurut K.H. Noer Alie, Islam adalah agama yang kaffah, lengkap. Ia meliputi seluruh aspek kehidupan. Karena ia ditujukan untuk kesejahteraan manusia ia memiliki prinsip yang dapat dijadikan dasar dalam membangun masyarakat. Prinsip-prinsip itu yang menjadi ideologi. Ideologi dan pandangan-dunia (worldview) ummat Islam adalah Kalimat Tauhid. Kalimat tauhid ini harus tercermin dalam kehidupan seharihari, baik kehidupan agama, politik, ekonomi maupun sosial-budaya. Berpegang kepada kalimat Tauhid laa ilaaha illallah itu memililki makna bahwa:Tidak ada yang patut disembah kecuali Allah Tidak ada tempat meminta kecuali Allah Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah Tidak ada hukum yang adil kecuali hukum Allah Tidak ada bencana yang terjadi kecuali dengan izin Allah Karena itu apabila ummat Islam ingin maju, malta tidak ada pilihan kecuali menjadikan Allah sebagai tujuan pembentukan masyarakat. Dalam sebuah masyarakat yang belum memahami Islam sebagai agama yang kaffah, maka ideologi Islam harus diperjuangkan menjadi dasar meskipun risiko yang muncul adalah kemungkinan akan dimusuhi lawan dan dikucilkan teman-teman.Keteladanan Perjuangan Ideologi. Di masa Orde Baru, K.H. Noer Alie mengalami sebuah benturan ideologis, ketika harus menerima Asas Tunggal. Tapi ketika arus politik itu tak bisa lagi dihindari, K.H. Noer Alie menyebut hal itu sebagai kekalahan ulama dan umat Islam pada umumnya. Sikap beliau saat itu menolak memimpin lembaga yang asasnya Pancasila. Lembaga yang sejak didirikan dan dipimpinnya sendiri yaitu Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (YP3I) diubah namanya menjadi Yayasan Attaqwa, dan beliau sendiri mengundurkan diri dari jabatan Ketua Yayasan. Hal ini dilakukannya sebagai sikap konsistensi menolak pemberlakuan asas tunggal selain asas Islam dalam organisasi kemasyarakatan. Dalam proses, beliau memang bukan pasrah berdiam diri. K.H. Noer Alie memberikan sikap terbuka di depan fraksi ABRI tentang penolakannya atas Asas Tunggal. Hal ini dilakukan beliau sebagai cermin penolakan atas rencana Undang-undang Keormasan yang di antara isinya adalah pemberlakuan asas tunggal bagi kehidupan sosial dan politik. Menurut beliau, asas tunggal akan memasung kebebasan masyarakat dalam memilih dasar kehidupan. Pada tahun 1986, bersama teman-temannya, K.H. Noer Alie selaku Ketua BKSPPI membuat pernyataan politik yang isinya menolak rencana diberlakukannya Asas Tunggal dalam organisasi massa. Untuk memperkuat pemahaman dan resistensi masyarakat terhadap ancaman akidah -terutama asas tunggal- sejak tahun 1985 K.H. Noer Alie melakukan pengajian keliling di masjid-masjid di sekitar Kabupaten Bekasi. Pengajian keliling ini disambut dengan antusias oleh segenap masyarakat Bekasi yang memang ingin mendengarkan ceramah beliau, tetapi selalu tidak sempat menghadiri pengajian beliau di masjid Attaqwa, Ujungharapan, tempat beliau mengajar pada setiap malam Minggu. Tidak hanya masalah Asas Tunggal, sebagai praktisi politik Masyumi, K.H. Noer Alie dan teman-temannya melakukan walk out dari sidang konstituante di saat pembahasan Demokrasi. Sebagai ulama, beliau setuju demokrasi, dan dalam banyak hal ia memang menunjukkan sikap sebagai seorang yang kental berdemokrasi. Tapi ketika Bung Karno mencoba memaksakan penafsiran demokrasi dengan kehendaknya sendiri, yakni demokrasi terpimpin, K.H. Noer Alie bersama Masyuminya melakukan walk out. Dalam penolakannya terhadap Porkas (perjudian terselubung melalui simbol olah raga), K.H. Noer Alie menggalang sikap penolakan itu. Kapasitasnya sebagai ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) dimanfaatkan untuk melahirkan sikap penolakan itu, yang ditandangani oleh ratusan ulama, Khususnya ulama dari Jawa Barat.
 
PERSATUAN UMMAT DALAM PADANGAN K.H. NOER ALIE 
Lahir sebagai bagian dari masyarakat desa, K.H. Noer Alie memang tidak melepaskan dirinya dari tradisi-tradisi masyarakat desa yang berciri kolektivitas. Dengan keyakinan idealnya itu, K.H. Noer Alie tetap. Ia menggalang persatuan umat, dari level yang tinggi misalnya mengakomodir tokoh-tokoh NU dan tokoh muhammadiyah, sampai aksi langsung menggerakkan kehidupan masyarakat untuk bersatu padu. Persatuan merupakan jalan hidup K.H. Noer Alie. Beliau senantiasa menekankan pentingnya persatuan ummat demi berhasilnya suatu tujuan.Prinsip tentang Persatuan Agar berhasil mencapai tujuan, umat Islam harus bersatu. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai apabila umat Islam terpecah belah dan saling berseteru. Bagi K.H. Noer Alie, persatuan hanya berarti apabila ditujukan untuk dan berada di atas semua golongan. Hal ini berarti adanya pengakuan terhadap asumsi bahwa ummat terdiri dari berbagai golongan dan aliran. Menurut K.H. Noer Ali, persatuan hanya bisa terwujud apabila setiap pihak memberikan sumbangsih dan siap berkorban. Apabila ada pihak yang mementingkan kepentingannya sendiri padahal persatuan itu mengharuskan pengorbanan kepentingan itu, maka persatuan yang dicita-citakan tidak akan terwujud.Keteladanan Membangun Persatuan Ummat Banyak contoh ,yang dapat dilihat dalam kehidupan K.H. Noer Alie yang menunjukkan bahwa beliau amat mementingkan persatuan di antara ummat Islam. Misalnya dalam persatuan di bidang politik, bersama para pemimpin Islam lainnya. beliau ikut mendirikan partai Masyumi sebagai wadah satu-satunya ummat Islam. Sebagaimana dimaklumi, Masyumi kemudian menjelma menjadi partai Islam yang besar dan kuat, disegani kawan dan lawan. Setelah Masyumi membubarkan diri karena tekanan rezim Orde Lama pada tahun 1960, beliau tetap menginginkan ada partai tunggal bagi ummat Islam. Cita-cita itu terakomodasi dengan adanya fusi partai Islam dalam PPP pada tahun 1973. Karena merasa adanya harapan dalam partai hasil fusi ini beliau pernah ikut dalam salah satu kampanye di Bekasi. Sikap tegasnya tidak membuat orang sakit hati. Misalnya Adam Malik (Menteri Luar Negeri saat itu) berkunjung ke Ujungharapan (waktu itu masih bernama Ujungmalang),- ia menawarkan kepada K.H. Noer Alie dua hal. Pertama, ikut ke dalam partai dimana Adam Malik menjadi pengurusnya; dan kedua, mengganti nama kampung Ujungmalang menjadi Ujungharapan. Beliau menolak tawaran yang pertama, tapi menerima dengan senang hati tawaran yang kedua. Hal ini dikarenakan beliau merasa bahwa beliau memiliki teman di berbagai partai, termasuk yang ada dalam partai sekuler, sehingga apabila beliau ikut dalam salah satunya, maka teman di partai lain akan menjaga jarak. Contoh lain ketika pulang belajar dari Mekkah, yang dilakukan oleh K.H. Noer Alie adalah membangun masjid Attaqwa. Masjid ini gabungan dari dua masjid, yakni yang dipimpin Guru Mughni (di Ujungmalang Kidul yang saat ini menjadi Masjid Ghairu Jami An-Nur) dan Masjid yang dipimpin H. Anwar (di Ujungmalang Lor yang saat ini menjadi Masjid Albaqiyatus Shalihat). Beliau kemudian mengembangkan konsep masjid dalam membangun masyarakat, dengan mendirikan musholla-musholla di bawah naungan Dewan Masjid Attaqwa. Kepada para muridnya, K.H. Noer Alie berpesan agar menghindari masalah furu'iyyah untuk menjaga kekompakan dan persatuan dengan teman-teman lain yang berbeda mazhab fiqih. Hal ini bertujuan untuk memelihara persatuan di antara teman-teman yang memperjuangkan Islam. Persatuan umat bagi K.H. Noer Alie menjadi lebih penting dari pada sekadar persoalan-persoalan furu'iyah. Pada tahun 1968, K.H. Noer Alie turut mendirikan Majelis Ulama se Jawa Barat. Seiring berdirinya Majelis Ulama di Jawa Barat, beberapa provinsi kemudian mengikuti jejak Jawa Barat, misalnya Sumatera Barat, Sumatra Selatan dan beberapa daerah lain mendirikan majelis-majelis ulama di tingkat provinsi. Dari Majelis ulama di daerah-daerah inilah pemerintah Orde Baru kemudian menggiringnya menjadi Majelis Ulama Indonesia dan Buya Hamka terpilih sebagai ketua umumnya yang pertama. K.H. Noer Alie juga mendirikan Pesantren Bahagia di Bekasi. Lokasi pesantren itu terletak di Kampung Dua ratus, Bekasi, yang sekarang menjadi markas Kodim 0507. Yang menarik dari pesantren ini adalah K.H. Noer Ali melibatkan beberapa guru dari Muhammadiyah dan NU, direkrut secara seimbang. Misalnya terdapat nama K.H. Abdurrahman Shodri, K.H. Muhajirin, K.H. Abu Bakar dari unsur NU, sedangkan Anis 'Taminuddin, Samani dll, dari unsur Muhammadiyah. Sebuah upaya pemersatuan umat tampak begitu kental di pesantren ini. Pada tahun 1951, berdiri lagi Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam, disingkat YP3I. Salah satu amal usahanya adalah mendirikan lembaga pendidikan. Ada pesantren putera dan puteri, ada Ibtidaiyah dll. YP3 berubah menjadi Yayasan Attaqwa pada tahun 1986 karena adanya usulan dari intern dalam rangka penyeragaman nama di lingkungan perguruan. Alhasil, begitu banyak jejak peninggalan K.H. Noer Alie yang bisa menginspirasikan setiap orang. Tapi seperti dipesankan K.H. Amin Noer, mengenang perjuangan K.H. Noer Alie bisa dilakukan dengan membangun semangat juangnya, mengembangkan dasar-dasar pemikiran positifnya.
 
KHATIMAH 
K.H. Noer Alie adalah contoh kehidupan sosok pemimpin yang memiliki ideologi tegas dan lugas, sedangkan alat untuk memperjuangkannya adalah persatuan ummat. Tanpa persatuan ummat, ideologi tidak akan bisa mencapai tujuannya. Ideologi yang diperjuangkan K.H. Noer Alie adalah terlaksananya syariah Islam dalam rangka membentuk negeri yang makmur dan sejahtera yang diridhoi Allah SWT. Untuk bisa mencapai cita-cita itu, para penerus hendaknya bisa melakukan berbagai pengembangan dan pembaharuan-pembaharuan agar dasar-dasar pemikiran K.H. Noer Alie lebih berkembang. 
iue_dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar