Suara Bocah Bekasi

Rabu, 07 November 2012

“STAF” DIPERLUKAN OLEH PEMIMPIN, BUKANNYA JARGON !


Pemilukada Kota Bekasi tinggal menghitung hari (40 hari lagi) tepatnya pada tanggal 16 Desember 2012 tepat mulai pukul 7.00 s/d 13.00 serentak ratusan TPS dan jutaan masyarakat Kota Bekasi akan menorehkan pilihannya untuk memilih Walikota dan Wakil Walikota 5 tahun mendatang dan akan menjadi saksi lahirnya pemimpin baru atau melanjutkan lima tahun ke depan.
Hampir disetiap pohon, baik yang ada di jalan-jalan protokol hingga jalan-jalan pelosok kampung dan gang dihinggapi oleh foto dan banner para kandidat Cawalkot periode 2013-2018. Mulai dari yang menawarkan program bak dagangan kecap hingga yang berjanji melakukan perubahan. Jargon dalam istilah pertarungan dalam sebuah pertandingan itu perlu dan “kudu” untuk dapat mencirikan jagoan dan dagangan yang akan dijual dan dipertarungkan.
Lantas pertanyaan yang timbul sekarang, apakah jargon mereka sesuai dengan tingkah dan perilakunya ke depan apabila mereka terpilih? Ini hanya mereka (para calon) dan Tuhan YME  saja yang tahu, kalau tidak ada pengawasan yang ketat dari masyarakat, maka rugilah dan sial lah masyarakat. Mulai dari jargon “SELAMATKAN BEKASI!”, “SOLUSI PERUBAHAN KOTA BEKASI”, “BEKASI BERGARIS”, “SALAM PERUBAHAN dan DIUSUNG OLEH MASYARKAT KOTA BEKASI”, hingga “PAS UNTUK BEKASI” yang para calon dagangkan.
Disini diperlukan kejelian masyarakat dan ketelitian dalam memilih dan membaca program para kandidat, jangan sampai terulang kembali istilah yang cukup populer “Beli Kucing dalam Karung.” Karena, kalau saja masyarakat Kota Bekasi lengah dan lalai dalam membaca program. Maka, akan menyesal kita selama lima tahun ke depan. Maukah kita sampai menyesal lima tahun ke depan? Tinggal masyarakat Kota Bekasi yang bisa menjawabnya.
Islam sudah menggambarkan tentang kriteria-kriteria yang berkaitan tentang pemimpin yang baik dan amanah, yang diantaranya:
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, serta selalu menjalankan perintah Allah dan Rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia di dunia maupun akhirat. Di samping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal saleh.
2. Niat yang Lurus
Hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya, itu semua telah ditulis dalam H.R Bukhari-Muslim, dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khattāb RA, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut.” Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya mencari keridhoan Allah SWT saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban yang harus dijalankan dengan amanah, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” Sebab itu maka wanita yang shaleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka maksudnya, (Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik).
Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya)
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasulullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu, ”Wahai Abdul Rahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang Pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman, ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Al-Ma’idah:49)
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerumuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati Rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah/Gratifikasi
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati. Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda, ”Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (H.R. Thabrani)
9. Tegas
Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah, serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasul-Nya.
10. Lemah Lembut
Doa Rasulullah Muhammad SAW,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki ‘STAF’. ‘STAF’ disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. ‘STAF’ yang dimaksud di sini adalah Shiddiq (jujur), Tablig (menyampaikan), Amanah (dapat dipercaya), Fatonah  (cerdas).
Shiddiq, itu berarti jujur. Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak ada lagi KPK, karena tidak ada lagi korupsi yang terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kita pun diperintahkan jujur walaupun itu menyakitkan.
Tablig, adalah menyampaikan, menyampaikan disini dapat berupa informasi juga yang lain. Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (H.R. Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah, berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim). Karena itu seorang pemimpin harus ahli dan amanah sehingga dapat dipercaya.
Fatonah, ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
Hikmah yang dapat kita petik dari Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Akan datang sepeninggalku beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang memimpin kalian dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang buruk yang memimpin dengan kemaksiatan. Maka hendaklah kalian tetap mendengar dan taat pada setiap yang menepati kebenaran. Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kalian dan untuk mereka. Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu hanya untuk mereka”. Maka, waspadalah dan telitilah kepada semua Saudaraku di Kota Bekasi dalam memilih pemimpin. Wallahu A’lam.
Ihya Ulumuddin Emgee / Bocah Bekasi

1 komentar:

  1. dari masih dalam kandungan sampe hampir mau berumur 20 tahun belum pernah ngerasain pemimpin yang bisa membawa perubahan untuk Kota Bekasi. engga pernah tuh ada pemimpin yang merakyat, yang adil, yang tidak korupsi, dan selalu aja terselip di hati akan kata-kata, "ah dia yang kepilih juga engga bakal bisa membuat kita tambah lebih maju."
    terima kasih :)

    BalasHapus