Pemilukada
Kota Bekasi tinggal menghitung hari (40 hari lagi) tepatnya pada tanggal 16
Desember 2012 tepat mulai pukul 7.00 s/d 13.00 serentak ratusan TPS dan jutaan
masyarakat Kota Bekasi akan menorehkan pilihannya untuk memilih Walikota dan Wakil
Walikota 5 tahun mendatang dan akan menjadi saksi lahirnya pemimpin baru atau
melanjutkan lima tahun ke depan.
Hampir
disetiap pohon, baik yang ada di jalan-jalan protokol hingga jalan-jalan
pelosok kampung dan gang dihinggapi oleh foto dan banner para kandidat Cawalkot
periode 2013-2018. Mulai dari yang menawarkan program bak dagangan kecap hingga
yang berjanji melakukan perubahan. Jargon dalam istilah pertarungan dalam
sebuah pertandingan itu perlu dan “kudu” untuk dapat mencirikan jagoan dan
dagangan yang akan dijual dan dipertarungkan.
Lantas
pertanyaan yang timbul sekarang, apakah jargon mereka sesuai dengan tingkah dan
perilakunya ke depan apabila mereka terpilih? Ini hanya mereka (para calon) dan
Tuhan YME saja yang tahu, kalau tidak
ada pengawasan yang ketat dari masyarakat, maka rugilah dan sial lah masyarakat.
Mulai dari jargon “SELAMATKAN BEKASI!”, “SOLUSI PERUBAHAN KOTA BEKASI”, “BEKASI
BERGARIS”, “SALAM PERUBAHAN dan DIUSUNG OLEH MASYARKAT KOTA BEKASI”, hingga
“PAS UNTUK BEKASI” yang para calon dagangkan.
Disini
diperlukan kejelian masyarakat dan ketelitian dalam memilih dan membaca program
para kandidat, jangan sampai terulang kembali istilah yang cukup populer “Beli
Kucing dalam Karung.” Karena, kalau saja masyarakat Kota Bekasi lengah dan
lalai dalam membaca program. Maka, akan menyesal kita selama lima tahun ke
depan. Maukah kita sampai menyesal lima tahun ke depan? Tinggal masyarakat Kota
Bekasi yang bisa menjawabnya.
Islam sudah menggambarkan tentang kriteria-kriteria yang
berkaitan tentang pemimpin yang baik dan amanah, yang diantaranya:
1.
Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang
yang beriman, bertaqwa, serta selalu menjalankan perintah Allah dan Rasulnya.
Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai,
tentram, dan bahagia di dunia maupun akhirat. Di samping itu juga harus yang
mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal saleh.
2.
Niat yang Lurus
Hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi
dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Karena suatu amalan
itu bergantung pada niatnya, itu semua telah ditulis dalam H.R Bukhari-Muslim,
dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khattāb RA, dia menjelaskan bahwa
dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal
perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)
sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut.” Karena
itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya mencari keridhoan Allah SWT saja
dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban yang
harus dijalankan dengan amanah, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3.
Laki-Laki
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ (4) :34 telah diterangkan
bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” Sebab itu maka wanita yang shaleh
ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku
serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka maksudnya, (Allah
telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik).
Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas
kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim
atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik,
sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan
tertinggi. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum
yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.” (Hadits
Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya)
4.
Tidak Meminta Jabatan
Rasulullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
Radhiyallahu’anhu, ”Wahai Abdul Rahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta
untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu
karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika
kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan
dibantu untuk menanggungnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
5.
Berpegang Pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah
berfirman, ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.”
(Al-Ma’idah:49)
6.
Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai
perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi
terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerumuskan oleh
kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7.
Menasehati Rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang
memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak
menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka
(rakyatnya).”
8.
Tidak Menerima Hadiah/Gratifikasi
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin
pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.
Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari
rakyatnya. Rasulullah bersabda, ”Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah
pengkhianatan.” (H.R. Thabrani)
9.
Tegas
Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di
idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya
adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah, serta
melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasul-Nya.
10.
Lemah Lembut
Doa Rasulullah Muhammad SAW,’ Ya Allah, barangsiapa
mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan
barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada
mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat
dikatakan baik bila ia memiliki ‘STAF’. ‘STAF’ disini bukanlah staf dari
pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. ‘STAF’
yang dimaksud di sini adalah Shiddiq (jujur), Tablig (menyampaikan), Amanah
(dapat dipercaya), Fatonah (cerdas).
Shiddiq, itu berarti jujur. Bila seorang
pemimpin itu jujur maka tidak ada lagi KPK, karena tidak ada lagi korupsi yang
terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kita pun diperintahkan jujur walaupun
itu menyakitkan.
Tablig, adalah menyampaikan,
menyampaikan disini dapat berupa informasi juga yang lain. Selain menyampaikan
seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup
pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup
pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (H.R.
Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah, berarti dapat
dipercaya. Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan
dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan
Al-hakim). Karena itu seorang pemimpin harus ahli dan amanah sehingga dapat
dipercaya.
Fatonah, ialah cerdas. Seorang
pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan
tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak
dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang
dipimpinnya.
Hikmah yang dapat kita petik dari Hisyam bin Urwah meriwayatkan
dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Akan
datang sepeninggalku beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang
memimpin kalian dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang buruk yang
memimpin dengan kemaksiatan. Maka hendaklah kalian tetap mendengar dan taat
pada setiap yang menepati kebenaran. Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu
untuk kalian dan untuk mereka. Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu
hanya untuk mereka”. Maka, waspadalah dan telitilah kepada semua Saudaraku
di Kota Bekasi dalam memilih pemimpin. Wallahu A’lam.
Ihya Ulumuddin Emgee / Bocah Bekasi
dari masih dalam kandungan sampe hampir mau berumur 20 tahun belum pernah ngerasain pemimpin yang bisa membawa perubahan untuk Kota Bekasi. engga pernah tuh ada pemimpin yang merakyat, yang adil, yang tidak korupsi, dan selalu aja terselip di hati akan kata-kata, "ah dia yang kepilih juga engga bakal bisa membuat kita tambah lebih maju."
BalasHapusterima kasih :)