Suara Bocah Bekasi

Kamis, 22 Maret 2018

EMPAT POLA PENDIDIKAN DALAM ISLAM : dalam Persfektif Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

Oleh: IHYA ULUMUDDIN EMGEE
(Guru MTs. ATTAQWA 16 Kota Bekasi, SMP. Attaqwa Pusat Babelan
& Mahasiswa Pascasarjana UNINDRA Jakarta)

Berbicara mengenai perubahan tentu sudah dapat terbayangkan terjadinya dari hal yang positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif. Namun itu semua tidak mudah, tentunya akan mendapatkan hambatan dan sebuah tantangan. Dalam konteks untuk menemukan konsep pendidikan yang ideal, maka menjadi tanggung jawab moral bagi setiap para pemikir muslim untuk membangun teorinya sebagai paradigma ilmu pendidikan. Islam memberikan banyak solusi dalam paradigma pendidikan. Dewasa ini khususnya di Indonesia sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah merupakan bentuk adopsi sistematik dari sistem pendidikan barat (sekuler) hal tersebut sebagaimana merujuk menurut Ismail SM di dalam bukunya “Paradigma Pendidikan Islam”.
Diantara peliknya berbagai persoalan besar, ia dihadapkan pula pada berbagai persoalan tantangan dan prospek ke depan. Mampukah Pendidikan Indonesia keluar dari peliknya problematika kurikulum dan bullying terhadap anak, disini konsep pendidikan menurut Islam hadir dan ikut ambil bagian secara aktif dalam hiruk-pikuknya lalu-lintas perubahan intelektual dan ghazwul fikr, perang pemikiran terutama antar barat dan timur (baca: Islam dan non-Islam). Berbicara tentang Pendidikan di Indonesia atau pendidikan yang ada dan berkembang di Negara-negara Muslim pada abad XXI, baik sistem, tujuan sampai pada dataran operasionalnya masih menjadi bahan kajian di kalangan para ahli pendidikan Islam.
Menurut Ismail SM. (2001: 275), bahwa ada beberapa faktor yang ditengarai menjadi penyebab munculnya silang pemikiran tersebut yakni pertama, pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia dan pendidikan Islam yang sekarang dikembangkan baik sistem maupun substansinya adalah cenderung diadopsi dari Barat. Kalaupun muncul gagasan-gagasan baru yang lahir dari pemikir-pemikir Muslim, hal tersebut dianggap hanya bersifat penutup belaka. Dengan kata lain, melepaskan diri sama sekali dari pengaruh Barat adalah suatu hal tidak mungkin. Harus diakui bahwa sebagian besar negara Islam masih merupakan negara dunia ketiga (miskin atau masih berkembang), yang saat ini masih tertinggal beberapa langkah dari kemajuan yang dicapai oleh negara-negara barat yang mau tidak mau jalur tersebut harus dilalui oleh Negara Muslim. Kedua, karya-karya klasik pada masa kejayaan Islam yang merupakan pemikiran pendidikan Islam yang komprehensif cukup jarang dijumpai.
Jauh sebelum Sigmund Freud, Erikson, Hurlock,Vygotski, Kohlberg, Jean Piaget, Blumm, ataupun penulis-penulis barat memunculkan pemikirannya tentang perkembangan sosial, bahasa, moral dan kognitif serta pendidikan anak, Al-Ghazali dan Ibnu Qayyim telah lebih dahulu merumuskan tentang konsep pendidikan anak. Konsep pendidikan mereka banyak mengilhami pemikiran-pemikiran para intelektual, praktisi pendidikan, maupun cendekiawan muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Nurman Said (1992: 87) menyatakan bahwa karya-karya Al-Ghazali memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendidikan di Indonesia khususnya di kalangan kaum tradisionalis. 
Para pemikir muslim, baik pada periode klasik, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al-Ghazali, al-Farabi dan Ibnu Khaldun, begitu pula pada zaman modern semisal al-Tahthawi, Muhammad Abduh, Islamil Raji al-Faruqi, yang banyak menulis pemikiran-pemikiran yang ada kaintannya dengan pendidikan Islam. Namun demikian, oleh karena keterbatasan kemampuan dan literatur, penulis tidak bermaksud untuk membahas keseluruhan pemikiran bersama dengan nama-nama para tokoh di atas. Dengan tanpa mengurangi nilai kontribusi mereka di bidang pendidikan, penulis hanya menuliskan beberapa nama tokoh dengan pemikirannya baik yang termasuk pada zaman klasik maupun modern. Dari dua era yang berbeda ini penulis kira dapat melihat trend pemikiran pendidikan yang pernah dituangkan oleh para pemikir muslim dari zaman ke zaman.
Penelitian terhadap para pakar pendidikan telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti di dalam maupun di luar negeri. Hasil penelitiannya dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, bahkan telah dipublikasikan dalam bentuk buku. Tokoh-tokoh pendidikan Islam yang dijadikan obyek penelitian adalah ulama-ulama hadis, fiqih, filsafat Islam dan tasawuf Islam. Akan tetapi belum banyak dilakukan penelitian terhadap konsep pendidikan Ibnu Qayyim, seorang pembaharu yang hidup di abad pertengahan.
Konsep kependidikannya banyak dituangkan dalam buku-bukunya, tetapi di kalangan dunia pendidikan belum mengenalnya sebagai tokoh pendidikan. Ia lebih dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam bidang aqidah dan fiqih, diakui sebagai ahli tafsir, ahli usul fiqih, dan ahli bahasa. Para ulama yang dikategorikan sebagai tokoh pendidikan yang hidup sebelum Ibn Qayyim banyak jumlahnya. Mereka banyak sumbangannya dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam. Diantara mereka ada yang menulis buku-buku dan risalah-risalah khusus mengenai pendidikan (Hasan Langgulung, 1988:31).
Tarbiyah yang diserukan oleh Ibnu Qayyim adalah tarbiyah yang dijelaskan rambu-rambu dan jalan/metode/manhajnya, bersandar kepada manhaj Allah yang suci dan bersumber dari kitabullah al-Qur’an al-Karim dan sunnah Nabi yang mulia. Ia adalah tarbiyah yang dinamis, yang mendidik individu dan menjadikannya mampu berinteraksi dengan masyarakat Mukmin yang dia hidup di dalamnya, dan yang menjelaskan tanggung jawab setiap lembaga sosial kemasyarakatan terhadap pendidikan. Keluarga mempunyai peranan agung dalam tarbiyah, karena keluargalah yang membentuk dan mencetak kepribadian anggota masyarakat yang memiliki karakteristik khusus sebagai simbol dari akhlak dan perilaku kedua orang tuanya, saudara-saudaranya dan seluruh anggota keluarganya. Setiap individu dalam sebuah keluarga memiliki pengaruh dan bisa dipengaruhi, mengambil dan memberi satu sama lainnya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah merupakan tokoh pendidikan Islam dan sekaligus seorang Psikologis. Pemikirannya tentang psikologi perkembangan dan pendidikan anak memberikan kontribusi yang sangat besar bagi khazanah pendidikan Islam. Pokok utama pemikirannya tentang psikologi dan pendidikan anak berangkat dari konsep praktis mendidik dan membesarkan anak yang didasarkan pada dua hal: Pertama, bahwa anak-anak, dengan kebutuhannya yang khas, berhak mendapat perhatian dan perawatan khusus, Kedua, bahwa cara bayi dan anak-anak diperlakukan mempunyai pengaruh yang panjang terhadap sifat fisik maupun psikologis mereka.
Sebagai pendapat pembanding, Mahmud Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam,” menuliskan bahwa pendidikan Islam pada fase ini meliputi empat hal, adalah (1) Pendidikan kegamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan dipersekutukan dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah. Sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jaunya. (2) Pendidikan akaliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Allah akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau menyelidiki dan membahasnya. Sedangkan mereka dahulu belum mengetahuinya. Untuk mempelajari hal-hal itu haruslah dengan banyak membaca dan meyelidiki serta memakai pena untuk mencatat. (3) Pendidikan akhlak dan budi pekerti, Nabi Muhammad Saw Mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid. (4) Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman/miliu. (Zuhairini , 2000 : 18-50).
Kalau disederhanakan, maka konsep mendidik anak menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah adalah:
Pertama, faktor figur Bapak/Ayah. Karena anak pasti akan mencontoh orang yang terdekatnya dahulu dan sering bersamanya. Karena Bapak/Ayah adalah seorang pembangun kestabilan mental. Karakter laki-laki yang lebih tahan banting secara emosional, hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari keluarga. Laki-laki harus diakui memiliki daya analisa yang tajam, sementara perempuan lebih sensitif dan perasa. Dalam kondisi berat, seorang ayah lebih tahan banting. Bapak/Ayah adalah seorang pembangun keberanian. Harus diakui bahwa laki-laki memiliki adrenalin yang tinggi. Perempuan kalah jauh dalam hal ini. Seringkali Bapak/Ayah memperlakukan sesuatu sampai pada batas sesaat sebelum batas akhir. Seorang Bapak/Ayah masih dapat melempar-lempar anaknya ke atas dalam taraf yang “terhitung” dan aman, padahal, seorang Ibu biasanya tidak berani melakukan hal ini. Ini penting untuk membangun keberanian. Bapak/Ayah pemberi contoh pemecahan masalah. Umumnya, laki-laki merupakan think-thank sebuah organisasi (termasuk keluarga). Seringkali Bapak/Ayah memberikan solusi atas hal yang seringkali dianggap tidak mungkin. Bapak/Ayah penentu standar maskulinitas. Seorang Ayah yang baik dalam memperlakukan keluarga akan menghasilkan anak yang tidak ringan tangan maupun ringan mulut. Bapak/Ayah sebagai figur “kekuasaan” di rumah, dapat menjadi standar identifikasi kekuasaan bagi anak, apakah kekuasaan itu dengan fisik, dengan ucapan yang keras, dengan bahasa tubuh, dengan marah-marah, dengan ancaman, ataukah dengan elegan. Bagi anak laki-laki itu sebagai standar tingkah laku maskulinitas terhadap keluarganya kelak. Bagi anak perempuan, itu merupakan penentu standar minimal dalam mencari pasangan. Bapak/Ayah pemberi warna dalam mengambil keputusan. Semakin berumur, laki-laki akan semakin bijaksana dan arif. Perkataan Bapak/Ayah terkadang lebih didengar daripada perkataan Ibunya.
Kedua, faktor figur Ibu/Bunda. Peran dan fungsi seorang Ibu adalah sebagaitiang rumah tanggaamatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga. Menurut Baqir Sharif al-Qarashi (2003 : 64), bahwa para Ibu merupakan sekolah yang paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga di bawah telapak kaki Ibu”, menggambarkan tanggung jawab Ibu terhadap masa depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50). Dari segi kejiwaan dan kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para Ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia. Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka. Ibu-ibu yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk suami serta anak-anak telah banyak menghilangkan kebahagiaan anak, menghalangi anak dari merasakan nikmatnya kasih sayang Ibu, sebab mereka menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya.
Ketiga, adalah faktor bacaan dan tontonan.  Televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif berperan sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup, berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring seluruh perhatian para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa saja yang disajikan oleh televisi adalah baik. Sehingga mereka memutuskan bahwa televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar, baik dan akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut dan diikuti, alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai buku bacaan yang dianggap menyita waktu.
 Dari sekian banyak program acara yang disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi. Banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonnya ke arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada dua pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak anak yaitu:  1). Pengaruh yang bersifat positif
Televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang menyaksikan program acara atau tayangan televisi. 
2). Pengaruh yang bersifat negatif. Tayangan televisi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif saja tetapi acara televisi lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para pemirsanya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan televisi yang bersifat negatif sebagai berikut: 
a.    Sering menonton televisi akan melalaikan tugas dan kewajiban bagi para pemirsa 
b.   Sering menonton televisi akan mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar. 
c.    Anak-anak cenderung lebih menyukai tayangan yang bernuansakan kekerasan dan roman.
d.   Setelah menonton tayangan televisi mereka suka meniru apa yang telah mereka tonton.
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efisien dan efektif. Dimana kesemuanya ini dapat terwujud melalui berbagai program dan tayangan televisi yang dapat dipertangung jawabkan secara moral dan material. 
Kebanyakan kegiatan menonton televisi cenderung terencana dan bersifat tak sadar, tiap kali banyak orang mempunyai waktu luang, mereka tiba-tiba saja duduk dihadapan televisinya tanpa diundang banyak niat dan rencana yang tiba-tiba saja dibatalkan, lantaran tergoda, terpanggil, tergelitik untuk menikmati acara tertentu yang disiarkan oleh televisi. 
Televisi dengan mudah bisa melahap sebagian besar waktu anak waktu yang dilewatkan di depan layar televisi berarti waktu yang tidak di manfaatkan oleh anak untuk belajar membaca menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga. Apabila tayangan televisi menyajikan acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan maka itu anak – anak cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena apa yang di lihat, di tonton di tayangan televisi biasanya anak – anak cenderung akan menirunya tanpa disaring, di filter dan tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih acara yang di sajikan, sehingga takut akan merusak akhlak anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh televisi oleh karena itu peran pendamping dan bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang sedang menonton atau menikmati tayangan yang di sajikan oleh pesawat televisi di rumah karena setiap harinya banyak anak – anak menghabiskan waktu di depan pesawat televisi sehingga banyak tayangan atau program acara yang dinikmatinya tanpa banyak memikirkan apakah layak di tonton oleh anak – atau dapat merusak akhlak anaknya. 
Keempat, adalah faktor lingkungan/miliu. Faktor yang membentuk karakter seorang anak adalah miliu yang sangat mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya. 
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan.  “Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya.”
Maksud hadits di atas, seseorang harus mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa memberikan suatu kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan. 
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya; 
مَنْ اَسَرَ اْلأَسْرَفَ اَسَى مُشَرَفًاوَمُسَرَلأََنْجَلِ خَيْرُ مُشَرَفٍ اَوَلَمْ تَرَالْجَلْدَ الْعَفِّرَ مُغَبَلاً بِصَفْرٍ لَمَّاصَرَجِلْدَ الْمُسْحَقْ “Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman dengan al-qur’an) jadi kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang memukulnya.”
Kelima, inilah faktor zaman now yang lagi booming di kalangan masyarakat Indonesia, tidak hanya kepada orang dewasa saja. Akan tetapi justeru lebih digandrungi oleh anak-anak kita sekarang ini, makhluk apakah itu. GADGET atau smartphone. Untuk faktor yang kelima ini kita para orang tua dituntut untuk ekstra dan kudu tegas terhadap anak untuk mengatakannya NO GADGET !!

The Palm Residence Gabus,

-AbuYami/IG:abuyami43-

Senin, 30 November 2015

KaJas SATPUS OKE !





http://image.slidesharecdn.com/bahanpaparantrisaktifix-141001040033-phpapp01/95/peluang-dan-tantangan-ukm-dalam-mea-5-638.jpg?cb=1412136186
Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/657157/big/pasara+bebas+asean.jpg
Bentuk Kerjasamanya adalah :
  1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
  2. Pengakuan kualifikasi profesional;
  3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
  4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
  5. Meningkatkan infrastruktur
  6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
  7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;
  8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
  1. Pasar dan basis produksi tunggal,
  2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
  3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
  4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.

Otoritas Jasa Keuangan  (OJK)  dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
  1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
  2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
  3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
http://andimif.com/wp-content/uploads/2013/12/ojk_perbankan.pngFUNGSIOtoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
TUGAS
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.

Kartu ATM merupakan salah satu jenis kartu plastik yang barangkali paling banyak dikeluarkan oleh lembaga perbankan dan paling banyak dipergunakan. Boleh dibilang setiap nasabah bank yang memiliki tabungan pasti mempergunakan atau membutuhkan kartu ini. Apa sebenarnya kartu ATM itu? Apa fungsi kegunaan dan manfaatnya? Bagaimana mendapatkannya serta syarat apa yang harus dimiliki seseorang? Berikut di bawah ini adalah penjelasan singkatnya.
https://iwakbiroe.files.wordpress.com/2013/06/kartu-atm.jpg
ATM adalah kepanjangan dari Automatic Teller Machine. Secara harfiah: automatic berbicara otomatis, teller adalah petugas perbankan yang berada di lini depan melayani nasabah dalam urusan setor uang (deposit) dan tarik dana (withdraw), sedangkan machine adalah mesin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ATM adalah sebuah mesin yang secara otomatis dapat bekerja menggantikan peran dari teller yang sering kita jumpai di bank. Dengan adanya mesin-mesin ATM seperti ini, kita tidak perlu lagi antri di depan teller setiap membutuhkan jasa perbankan. Cukup datang ke sebuah loket yang menyediakan mesin ATM dan biasanya lokasinya ada di setiap cabang bank itu sendiri atau di tempat-tempat yang ramai dan strategis seperti lobby hotel, mal, perkantoran, dst. Dapat disimpulkan kartu ATM adalah kartu-kartu yang diterbitkan bank untuk dapat dipergunakan di mesin-mesin ATM yang ada.
Pada awalnya mesin ATM hanya memiliki fasilitas menarik uang tunai. Jadi kartu ATM adalah kartu yang dipergunakan untuk menarik uang tunai lewat mesin ATM. Seiring kemajuan zaman, perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia, menu-menu ATM pun semakin diperbanyak sehingga bisa membayar tagihan, transfer uang, membeli produk dan jasa (pulsa, token listrik, reksadana, dsb.). Perkembangan lebih lanjut adalah hadirnya mesin-mesin ATM yang juga bisa setor uang secara langsung. Biasanya bisa kita jumpai di mesin-mesin ATM milik Bank BCA.
Pada saat Bank Mandiri mulai beroperasi di Indonesia (hasil penggabungan beberapa bank milik pemerintah akibat efek carut marut dunia perbankan dan kasus korupsi), Bank Mandiri mempopulerkan sebuah istilah baru yakni "Anjungan Tunai Mandiri" yang memang pas dengan kepanjangan dari ATM. Kata "mandiri" itu sendiri diambil dari nama Bank Mandiri. Dengan demikian ada penambahan arti kartu ATM yang bisa menjadi kartu anjungan tunai mandiri. Fungsinya memang bisa menarik tunai oleh diri kita sendiri. Sedangkan anjungan itu berarti semacam lokasi, tempat atau sarana. 
Syarat Mendapatkan Kartu ATM
Kartu ATM adalah kartu plastik yang paling banyak diterbitkan di seluruh dunia. Bentuk dan ukurannya persis seperti kartu kredit atau kartu-kartu lainnya. Di depannya terdapat nomor kartu dan kadang nama si pemilik kartu. Beberapa kartu juga memiliki tanggal atau masa berlakunya. Sedangkan di belakang ada semacam pita magnetik serta informasi logo dan nomor telepon bank penerbit. Fungsi logo yang tercantum di sana berarti kartu ATM tersebut bisa dipergunakan di semua mesin ATM yang juga memiliki logo yang sama.
Kartu ATM merupakan kartu yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat di setiap negara. Mengapa demikian? Karena hampir semua bank mulai dari bank asing, bank pemerintah, bank swasta nasional sampai bank pembangunan daerah (BPD) menerbitkan kartu seperti ini. Memiliki kartu ini pun sangatlah mudah. Syaratnya hanya perlu menabung di sebuah bank dan mengajukan kepemilikan kartu.
Kartu ATM bukanlah kartu wajib. Kita bisa saja menolak memiliki atau menggunakan kartu ini jika menurut kita kurang bermanfaat atau gaptek. Berhubung manfaatnya yang sangat banyak, rasanya sayang jika kita tidak memiliki kartu satu ini. Pada saat kita membutuhkan uang tunai, ke manakah kita harus meminjam? Sedangkan bank tidak beroperasi 24 jam dan ada hari liburnya. Dengan memiliki kartu ATM, kita bisa segera ke mesin ATM terdekat untuk menarik uang tunai. Selain itu dengan adanya berbagai fasilitas seperti m-banking, internet banking, dsb.. membuat kita dengan leluasa bisa membayar semua biaya dan tagihan. Tanpa memiliki kartu ATM kita tidak bisa mempergunakan fasilitas bank yang lebih canggih tersebut.
Meski bukanlah kewajiban, menabung di bank tanpa memiliki kartu ATM rasanya konyol. Justru dengan adanya kartu ATM ini mendorong kita lebih tertarik untuk menabung. Sebab kapan saja dan di mana saja kita bisa menarik kembali uang kita selama masih ada mesin ATM. Mesin ATM beroperasi 24 jam nonstop kecuali listrik mati atau sedang dalam perbaikan sistem jaringan (maintenance). Bank-bank yang tidak memiliki produk kartu ATM pasti akan ditinggalkan nasabah mereka.
Dalam perkembangan berikutnya, kartu ATM menjadi kartu wajib yang dimiliki oleh setiap nasabah atau pemilik tabungan. Kartu kartu ATM ini bisa dijadikan salah satu alat verifikasi perbankan. Sebab sebuah kartu hanya diterbitkan kepada seorang nasabah. Jika ada kartu yang sama maka kemungkinan kartu tersebut sudah diduplikasi oleh pihak lain. Dunia perbankan berkembang sedemikian cepat dan luar biasa. Contoh-contoh kartu ATM yang bisa kita temukan seperti kartu PASPOR BCA, ATM Mandiri, ATM Danamon, ATM BNI, dsb.
Dapat kita simpulkan bahwa kartu ATM adalah kartu plastik yang diciptakan untuk memudahkan nasabah mengambil uang tunai di mesin-mesin ATM terdekat. Setiap pengambilan uang tunai secara otomatis akan mengurangi saldo tabungan itu sendiri. .


ihyaulumuddinemgee.blogspot.com

Sabtu, 21 Maret 2015

Syukron Katsiir Yaa Mudarris !


Ketika mengenang pengalaman belajar sejak tingkat TK / SD sampai SLTA, yang muncul adalah sosok bapak dan ibu guru yang mengesankan dan menorehkan kenangan manis di benak saya, bukannya kurikulum dan mata pelajarannya.


Jadi, sosok guru jauh lebih berpengaruh ketimbang mata pelajaran, bahkan fasilitas sekolahnya. Dalam berbagai workshop pendidikan saya sering bertanya kepada para peserta: sebutkan nama bapak atau ibu guru yang paling berkesan dan memengaruhi perjalanan hidup Anda.
Di situ terlihat, ada peserta yang dengan lancar menyebut nama-nama guru yang mengesankan dan memengaruhi kepribadiannya yang masih dikenang sampai sekarang. Namun ada pula peserta yang sulit dan ragu-ragu mengingat guru-guru yang meninggalkan kesan mendalam. Sewaktu di pesantren saya pernah membaca kalimat: Atthoriqotu ahammu minal maddah Wal muallim ahammu min atthoriqoh. Bahwa cara dan seni mengajar itu lebih penting dari materi pelajarannya. Namun guru lebih penting dari metode mengajar. Artinya, sebaik apa pun kurikulum, yang menentukan keberhasilan pendidikan itu kualitas gurunya. Di tangan guru yang baik dan andal, pelajaran apa pun jadi menarik dan efektif memengaruhi anak didik.
Bahkan tempat belajar tidak mesti yang mewah. Guru yang menguasai bahan ajar dan kreatif bisa menggunakan lingkungannya sebagai bahan dan medium pembelajaran. Saya punya pengalaman sewaktu belajar di pesantren dengan fasilitas yang sangat sederhana dengan menggunakan ruangan di serambi masjid lalu dibuat sekat pembatas.
Di situ ada papan tulis, meja, dan bangku belajar. Tapi guru-gurunya sangat serius dan disiplin mengajar. Kami bermain voli, tenis meja, dan sepak bola di halaman masjid. Masjid dan sekitarnya menjadi pusat bagi para santri membangun learning community. Almarhum Kiai Hamam Jafar mengatakan, halaman masjid itu belum Islam sebelum dibuat bersih, asri, dan dimanfaatkan dengan baik.
Batu dan pasir di sungai dekat pesantren juga diislamkan dengan memanfaatkannya untuk membuat gedung sekolah secara gotong-royong antara santri dan penduduk desa. Kiai Hamam mengajarkan konsep dan ekspresi keberislaman dengan menanamkan rasa cinta pada ilmu dan peduli lingkungan alam maupun sosial. Ketika ujian kenaikan kelas tak perlu diawasi, padahal soal ujian cukup berat.
Berbohong waktu ujian itu mengotori jiwa, merendahkan martabat diri dan melakukan penipuan sosial. Yang tidak siap ikut ujian dengan jujur disarankan tidak usah ikut ujian. Ujian itu untuk naik jenjang dan kalau dilakukan dengan curang sama saja malah menurunkan kualitas dan harga dirinya. Jadi, ketika saya belajar, yang lebih terasa itu sentuhan jiwa.
Jiwanya yang diisi, baru kemudian informasi keilmuan. Ini hanya bisa dilakukan oleh guru-guru yang kreatif, kaya dengan metode dan memiliki karakter serta mencintai profesinya. Guruguru atau pendidik seperti ini yang mestinya dibentuk dan dimiliki Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Belajar itu tidak sekadar menghimpun informasi keilmuan untuk dihafal sebagai amunisi menjawab ulangan/ ujian.
Idealnya juga mengetahui bagaimana proses awal sebuah dalil kebenaran itu ditemukan dan diformulasikan. Dengan mengetahui proses dan argumentasi rasionalnya, seorang murid didorong untuk membuat formula baru yang bobot kebenarannya sama. Inilah yang disebut mengenalkan dan membentuk sikap ilmiah kepada siswa.

Suatu hari sambil kerja bakti membersihkan halaman masjid, Kiai menunjuk sebuah parit kecil dengan airnya yang mengalir deras. Dia mengajari saya tentang hidup dengan sebuah pertanyaan. Coba perhatikan, apa yang akan terjadi jika air itu menggenang, tidak bergerak? Pasti akan mengundang nyamuk, menimbulkan penyakit dan membuat kotor.
Pak Kiai sebagai guru kehidupan menyampaikan sebuah pesan yang kemudian menjadi virus yang tak pernah mati dalam diriku, hidup itu harus bergerak mengalir menuju citacita. Jangan pernah berhenti belajar dan berkarya karena akan mengundang nyamuk dan penyakit seperti dikatakan dalam Alquran: Faidza faroghta fanshob. Wa ila robbika farghop.
Jangan pernah berhenti setelah selesai menunaikan satu tugas dan semua yang kamu lakukan itu serahkan kepada Tuhanmu. Bukan mencari pujian dari manusia. Demikianlah, setelah sekian puluh tahun meninggalkan pesantren, saya masih teringat wajah satu-satu guru yang mengesankan yang pernah mengajar dan telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya.
Mereka menanamkan virus dan etos belajar sehingga hidup adalah serangkaian pembelajaran baik di ruang kelas maupun di luarnya. Setiap saat terbuka buku kehidupan untuk dibaca, dipelajari, dan diambil pesan dan hikmahnya untuk memperkaya kehidupan itu sendiri.
Kita semua menerima warisan deposito moral dan pengetahuan dari orang tua dan pada gilirannya kita juga harus melakukan reinvestasi agar bisa memberikan warisan moral dan ilmu pengetahuan kepada anak-cucu kita. Kita semua adalah murid dan guru kehidupan untuk diri sendiri dan keluarga terdekat. Syukur-syukur jadi guru untuk masyarakat lebih luas lagi.
Terima kasih bapak-ibu guru yang telah mengenalkan kepada kita semua dunia yang sedemikian luas dan kompleks. Yang telah membekali agar bisa berdiri dengan tegak, percaya diri, dan berintegritas. Yang mengajarkan dan mengantarkan anak-anak muridnya untuk memasuki kehidupan baru di masa depan yang belum pernah mereka alami.
Prof. DR. Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah