Aku masih
terdiam. Tangan kanan ku masih menggenggam brosur dengan tulisan “LOMBA MENULIS
SEJARAH KH.NOER ALIE PAHLAWAN NASIONAL ASAL BEKASI”. Aku melirik kedua temanku,
Rianti dan Mumun yang sedang berbincang di pendopo saat jam kursus mengetik
dibatalkan. Aku berjalan menuju kedua temanku dan aku menunjukkan brosur kepada
mereka.
“mengikuti lomba ini adalah ide yang bagus, bukan ?” kata ku
sambil tersenyum. Kedua temanku masih terdiam sambil membaca brosur yang aku
berikan.
“kita bertiga maksud ente ?” tanya Rianti dengan wajah yang
sedikit kaget.
“iya kita bertiga, mau ?” kataku
“tapi gimana caranya ?” ternyata Mumun masih bingung.
“mudah kok, di brosur ini ada nomer telvon panitia yang bisa
kita hubungin untuk
bertanya, gimana ?” aku masih keukeuh untuk membujuk kedua temanku.
bertanya, gimana ?” aku masih keukeuh untuk membujuk kedua temanku.
“yaudah boleh deh, ana bantuin ente aja yah, nida.” Kata
Rianti.
Rencana aku dan
kedua temanku adalah menghubungi salah satu panitia lomba menulis itu pada Hari
Minggu pagi.
“ayo cepat wartelnya sudah buka, nanti kalo siang pasti
ngantri.” Ucap Rianti dengan nada yang bersemangat. Aku dan kedua temanku
berjalan dari asrama menuju depan madrasah.
“ente aja yang ngomong yah nida.” Kata Mumun.
“eh jangan ana dong, ana malu nih.” Ucapku sambil melirik
kearah Rianti.
“apa liat-liat ana ?” Rianti langsung protes saat aku melirik
ke arahnya.
“udah ente aja nida yang ngomong. Engga usah malu kali.” Mumun
mendukungku.
“oke deh oke.” Jawabku.
Setelah delapan
digit angka ku tekan, aku menunggu yang di sana untuk mengangkatnya.
“halo assalamu’alaikum maaf kak, saya mengganggu. Ini bener
kak Ihya panitia lomba menulis KH.Noer Alie ?” salamku setelah nadanya
tersambung.
“waalaikumsalam, iya bener saya Ihya.”
“emm maaf kak, saya annida, mau tanya tentang lomba menulis
itu kak.” Tanyaku dengan gugup. Setelah kakak itu menjelaskan mengenai lomba
tersebut, aku rasa sudah cukup lengkap. Maka aku mengakhiri perbincangan itu.
“oh gitu yah kak, sebelumnya saya mohon maaf jika mengganggu
dan terimaksih banyak yah kak.” Ucapku dengan penuh hormat.
“oh iya neng, sama-sama, selamat menulis yah.” Kak Ihya sangat
mendukungku untuk ikut lomba tersebut karena sejauh ini dia mengatakan bahwa
pelajar masih minim yang mengikuti lomba.
“terimakasih kak, assamu’alaikum.” Salamku untuk mengakhiri
dan dia menjawab salamku.
***
Seperti itulah
gambaran awal sekali aku mengenal suamiku. Dan bermula dari acara lomba
tersebut yang mempertemukan aku dan suamiku hingga kami bersanding di plaminan.
Setelah aku lulus dari pondok tercinta, aku mulai merangcang-rancang awal aku
menulis. Tapi aku mendapatkan banyak kesulitan mulai dari, aku mempunya banyak
tugas dari kampusku, kedua temanku Rianti sudah belajar ke Pare, Kediri,
sedangkan Mumun kuliah di Ciputat. Bagaimana bisa aku menyelesaikan tulisan itu
jika aku pun masih memiliki sedikit sekali bahan-bahan untuk aku tuangkan. Aku
tidak percaya diri bila harus aku sendiri yang mengikutinya.
***
Sebulan setelah
itu, aku mendapat pesan, “assalamualaikum, neng nida bagaimana dengan
tulisannya ? udah sampe dimana ?” seperti itulah pesan yang aku dapat dari Kak
Ihya.
“waalaikum salam, maaf kaka saya engga jadi ikut lomba
tersebut. Saya mohon maaf”. Jawabku
“yah kenapa neng ? kecewa deh saya.”
“kedua temen saya udah pada mencar kuliahnya, yang satu di
Ciputat dan yang satu lagi kursus di Pare. Saya engga pede kalo harus ikut
sendiri dan kebetulah bahan yang saya dapatkan baru sedikit.” Panjang lebar aku
menjelaskan.
“saya bantu yah, gimana ?” tawaran tersebut tidak juga membuat
aku tergiur karena jujur saja aku bener-bener tidak percaya diri bila harus
ikut sendiri.
“maaf kaka bukan saya engga mau, tapi gimana yah kak, saya
bener-bener engga pede.”
“yah udah deh, selamat beraktifitas aja yah neng, inget
pengumpulan naskah masih 4 bulan lagi loh dan kamu masih bisa berubah fikiran.”
Bujuk Kak Ihya penuh semangat. Namun aku hanya diam dan mengucap terimakasih.
Begitu hebat
dia memberi aku semangat untuk tetap ikut di lomba tersebut. Bahkan dia juga
memberi tahu aku hadiahnya yang sangat menggiurkan. Tapi entah mengapa aku
tetap saja bergeming ditempat dan selalu mengatakan bahwa aku tidak percaya
diri bila harus ikut seorang diri.
Tetapi lambat laun perbincangan kami tidak hanya
berpusat kepada lombat tersebut. Aku mulai banyak bertanya tentang apa saja
kepada dia mulai dari, tentang umum ataupun tentang seputar hukum-hukum Agama
Islam serta ajarannya. Pernah suatu ketika, karena kebetulan aku kuliah tidak
hanya bersama orang yang seagama denganku. Ada satu pertanyaan yang aku ajukan terhadap dia.
Aku bertanya melalui pesan yang aku kirim, lalu lima menit kemudian aku mendapat
balasannya.
“pertanyaan kamu
membutuhkan jawaban yang panjang dan kudu jelas masalahnya ini berkaitan dengan
agama.” Seperti itulah pesan yang aku baca.
“emmm bagaimana kalo kaka
kirim jawaban kaka melalui email saja ?”
“kalo kita ketemuan aja
gimana deh ? untuk membahas pertanyaan yang kamu ajukan, bersedia ?” tawaran
yang bikin aku menjadi galau *ala anak muda zaman sekarang.
“yaudah deh, boleh.” Aku
menjawab seadanya.
***
PERTEMUAN ITU
Aku masih saja mematung di depan cermin,
melihat siapa diriku. Aku memang bukan
gadis cantik yang selalu bisa diimpikan banyak orang. Tapi perlu diingat bahwa
aku selalu bersyukur karena Tuhan menyempurnakan organku untuk mampu melihat,
mendengar, dan berbicara. Sebenarnya itulah yang patut aku syukuri karena masih
banyak orang yang terlahir tanpa bisa mendengar, melihat, ataupun berbicara.
Mungkin aku juga masih dibilang gadis yang beruntung karena Tuhan masih
memberiku kemampuan untuk melanjutkan ke Universitas yang tidak semua orang
bisa merasakannya. Aku bersyukur karena aku tau janji Tuhan “barangsiapa yang
bersyukur niscaya aku akan menambahnya”. Dan aku yakin, dengan bersyukur
membuat aku tidak boleh cepat merasa puas dan tidak pula cepat putus asa. Aku
membetulkan jilbabku dan tersenyum.
“gendut, lo lama banget si
?” ucap temanku
“iya sebentar-sebentar”
Ucapku dengan masih tersenyum di depan cermin
“lama banget yah dandanya mentang
mentang mau ketemu emmmm”. Temanku meledek ku dengan menjerengkan matanya
“apaan si lo, cut” Kataku
masih dengan senyum yang menyungging di bibirku
Setelah cut mengantarkanku ke sebuah Mal di daerah Bekasi,
dia kembali pulang. Dia memang teman yang baik sekali. Aku berjalan memasuki
Mal dengan sedikit males karena jujur saja aku tidak terlalu suka pergi ke Mal.
Tapi aku terus berjalan dan Aku mencari-cari sosok yang ingin ku jumpai sore
itu.
“oh ini kamu yang namanya
nida ?” awal sapa berjumpa.
“iya ini saya kak ihya.”
Jawabku agak sedikit malu.
“sebelum saya menjawab
pertanyaan kamu, saya mau tanya sekali lagi tentang lomba itu, kamu masih mau
ikut ?”
“engga kak.” Singkat aku
menjawab. Mulailah dia menjelaskan semua pertanyaan-pertanyaanku. Aku diam
mendengarkan. Tidak banyak kata yang aku keluarkan. Cukup aku mendengarkan. Setelah
panjang lebar dia menjelaskan, kami sedikit-sedikit bercerita.
“oh iya gimana hubungan kamu
dengan dia ?” tanyanya sambil tersenyum menggoda.
“ah saya diduain kak.” Aku
sedikit males untuk membahas-bahas masalah itu lagi dan sepertinya engga perlu
lagi dibahas. Dia pasang raut wajah yang kaget. Tapi aku tetap mencoba tersenyum.
“eemmm kalo begitu sekarang
kamu free dong ?” tanya dia dengan senyum yang sulit aku tebak. Tidak mengira
sebelumnya jika dia bertanya seperti itu.
“bisa dibilang seperti itu
kak.” Aku bingung musti jawab apa.
“oke saya sudah paham
sekarang.” Kata-katanya semakin membuat saya semakin bingung.
***
EXPRESSION
OF THE HEARTS
setelah
3 hari pertemuan itu, kami berdua memang tetap berkomunikasi melalui handphone.
Tapi unik, dia mengutarakan “expression of the hearts” nya melalui bundaku. Dia
bilang bahwa he likes me. bukan hanya itu tapi dia
bilang bahwa he wanted with me seriously. Aku kaget bukan main.
Jika berbahasa kasarnya, aku ini masih anak bau kencur, mengapa dia ingin
serius denganku. Jelas saja aku tidak percaya. Hatiku masih bertanya-tanya dan
kemudian aku abaikan. Aku fikir mungkin dia bercanda atau sekedar membuat aku
yang anak bau kencur ini kepedean. Aku sempat berfikir seperti itu.
“aku tidak percaya bun.” Protesku
“bener ade, kak ihya nelvon bunda dan dia
bilang bahwa dia menyukai kamu.” Bundaku menjelaskan
“iya suka doang bun, dan aku rasa itu wajar.”
Aku masih keukeuh tak percaya
“tapi dia bilang sama bunda bahwa dia ingin
serius sama kamu.”
“bunda, tapi kak ihya itu engga bilang
apa-apa sama aku.”
***
Seperti itulah
aku tau bahwa dia ingin serius denganku. Aku tidak pernah berfikir untuk itu
apalagi menjurus yang lebih serius. Sungguh diluar dugaanku.
“saya mau serius sama kamu.” Ucap dia padaku
“kenapa kaka memilih saya ? saya engga bisa apa-apa.”
“karena saya mencari yang muda, yang berkarya.” Mantab sekali
dia menjawab. Dan aku masih terdiam cukup lama. Tapi dia melanjutkan,
“saya inget pesan kyai nur, kalo mau cari istri itu yang muda
karena pertumbuhan biologis seorang wanita itu lebih cepat ketimbang laki-laki
dan saya engga mau nantinya istri saya lebih tua dari saya meskipun umurnya
tetap tuaan.” Jelas dia dengan sangat percaya diri
“tapi pengalaman saya masih sedikit kak, saya belum bisa
apa-apa dan saya masih terlalu muda untuk kaka.” Aku masih saja mengelak
“segala sesuatu itu butuh proses neng, yang penting saya
nyaman sama kamu dan wajah kamu itu engga ngebosenin.” Dia tersenyum kearahku
dan aku tetap saja menunduk
“tapi saya bukan gadis sempurna. Saya memiliki banyak
kekurangan. Saya merasa engga cocok dengan kaka.” Ungkapku
“kamu inget kemaren kamu bilang ke saya bahwa didunia ini
engga ada yang sempurna dan kamu pernah bilang jika di dunia ini semua sama
maka tidak akan ada warnanya ?” ucap dia dengan mengingatkan perkataan aku yang
kemaren
“yah saya mengerti.” Aku diem seribu bahasa. Padahal di ujung
lidah masih banyak sekali pertanyaan yang ingin aku lontarkan namun terasa
keluh.
***
Aku tak
hentinya terus berdo’a dan aku terus meminta petunjuk. Aku tidak boleh
menyerah. Tuhan itu selalu ada untuk hambanya dan hanya kepada tuhan kita
memohon. Rasa kekeliruan setiap manusia itu wajar dan itu sebagai tanda bahwa
tanpa pertolongan-NYA, kita tak berarti apa-apa. Seperti lirik lagu erry band –
mata hati “kala manusia tak lagi kuasa
bagai sebutir debu yang tak berdaya”. Seperti itulah
gambaran manusia dimata tuhan yang sangat kecil.
***
PENDAPAT AYAH
Ba’da isya adalah waktunya
aku, bunda, ayah, dan kakakku berkumpul. Setelah makan malam, kami semua
berkumpul di depan tivi. Bundaku memulai percakapan. Aku rasa hawa-hawa dirumah
malam itu terasa bagai ada setitik gerimis yang membahasahi tubuhku, namun
entahlah bagaimana aku melukiskannya.
“yah, ulum (panggilan akrab suamiku) mau serius sama ade, dia mau ngelamar
ade.” Ucap bunda memulai percakapan malam itu. Namun ayahku terdiam cukup lama.
“dalam cerita ayah itu, ayah berfikiran bahwa ade itu kuliah sampe selesai lalu kerja dan kemudian menikah.” Ayah menjelaskan, kami semua terdiam lalu ayah melanjutkan,
“dalam cerita ayah itu, ayah berfikiran bahwa ade itu kuliah sampe selesai lalu kerja dan kemudian menikah.” Ayah menjelaskan, kami semua terdiam lalu ayah melanjutkan,
“dan ayah berfikir, kakak dulu yang menikah baru ade tapi apa boleh buat
mungkin memang jodoh ade cepat dan jodoh itu kan tuhan yang ngatur.” Ayah
menunjuk ke arahku. Aku terdiam dan menunduk. Lagi-lagi ayah melanjutkan,
“sekarang ayah mau Tanya ke kakak, emang kaka mau ikhlas di longkap adenya
?” pertanyaan ayah sedikit membuat aku iba kepada kakakku
“kakak sih terserah ade soalnya kan ade yang nantinya bakal ngejalani dan
Cuma satu pesen kaka, gimana pun caranya ade engga boleh putus kuliah meski
udah menikah.” Tulus sekali kakakku mengontrol pendidikanku. Hal ini yang
selalu aku banggakan dari kakakku, dia kakak terhebat yang pernah aku temui,
hanya satu-satunya dan tak ada duanya.
“kakak udah ngizinin ade menikah duluan, tapi gimana dengan ade, udah siap
belom ?” Tanya bundaku. Lagi-lagi aku hanya terdiam.
“insya allah ade siap bun, bismillah aja.” Ucapku akhirnya
Tapi jujur saja aku melihat
ada setitik air di kelopak mata ayahku. Mungkin ayah sedih, terharu atau gimana
mendengar anak bontotnya ingin dilamar. Dulu waktu aku masih menjadi santri
ayah selalu berkata, “ade kapan lulus yah, ayah udah kangen kepengen ade
dirumah.”
Jodoh, rezeki, maut itu
semua Tuhan yang ngatur. Kita sebagai manusia tidak pernah tau kapan semua itu
terjadi. Hanya sepenggal doa yang aku iringi untuk terus melangkah karena aku
berfikir, manusia boleh berencana tapi Tuhan semua yang menentukan. Berusaha, doa dan ikhtiar. Ayahku bilang, “meski
ayah Cuma seorang pegawai biasa tapi ayah engga akan pernah lelah bekerja untuk
membahagiakan anak-anak ayah, kalian itu titipan yang harus dijaga. Tapi kamu
harus ingat, jangan lupa untuk selalu berdoa. Kehidupan itu harus diperjuangkan
dengan keikhlasan serta ketulusan hati.” Itu
pesan ayahku.
Ayahku adalah sosok yang
tidak banyak bicara tapi selalu berusaha untuk ada setiap anak-anaknya
membutuhkannya dan selalu berusaha memenuhi keinginan anak-anaknya meski harus
banting tulang dan menguras keringat. Beliau adalah ayah terhebat sepanjang
masa. Aku mencintai ayah. Sungguh sangat. Meski sudah tua tapi semangat ayah
masih membara dan akan terus membara. Sekali lagi aku katakan bahwa aku sangat
mencintai ayahku. Ayahku adalah ayah terhebat didunia.
“ayah pesen, sekarang ade banyakin doa biar semua dimudahkan dan dilancarin
yah.” Tangan ayah mengusap kepalaku. Jujur saja, aku menahan air mataku.
Mungkin ayah masih tidak percaya bila anak bontotnya sebentar lagi dilamar.
***
LIFE IS NEVER FLAT
Life is never flat itu biasa. Memang hukum yang mutlak
dan semua orang pasti menyetujuinya. Tapi tergantung bagaimana kita
menyikapinya. Perbedaan itupun adalah rahmatillah (kasih sayang Tuhan).
Perbedaan warna kulit, perbedaan suku, perbedaan prinsip itu wajar dan itu
indah karena jika semua sama maka tidak ada warnanya kehidupan ini, terasa
datar saja. Semua didunia ini engga ada yang sempurna semuanya memiliki
kekurangan. Melengkapi satu sama lain itulah tugas kita. Seperti lagu bekisar
merah “tiada yang salah dengan perbedaan dan segala yang kita punya, yang salah
hanyalah sudut pandang kita yang membuat kita terpisah. Karena tak seharusnya
perbedaan menjadi buai bukankah kita di ciptakan untuk dapat saling melengkapi
mengapa ini yang terjadi”.
Malam itu, masih teringat jelas di memoryku. Aku sedang duduk di kursi.
Tiba-tiba kakakku memanggilku. Memang belakangan ini kakak ku agak sedikit
sinis menjelang lamaran itu. Aku jadi kaku.
“kenapa kak ?” Tanya ku
setelah aku berjalan ke arahnya
“emang elo udah siap nikah
? umur lo masih muda.” Pertanyaan kakak jelas membuat aku kaget bukan main
“kenapa tiba-tiba kaka
nanya gitu ?” aku balik bertanya
“jawab dulu pertanyaan gw
de.”
“iya kaka insya allah gw
siap.”
“bener ? jangan ragu-ragu
lo, perjalanan lo itu masih panjang. Lo masih mempunyai banyak kesempatan untuk
berkarya
terus bisa menjamin engga kalo lo tetep kuliah nanti.” Tatapan mata
sang kakak tepat mengenai hatiku. Tatapan tajam itu membuat darah aku seperti
terhenti seketika. Seperti itulah gambarannya. Aku agak sedikit goyah bak
perahu yang mulai goyang terbawa ombak. Jujur saja, aku setuju dengan pendapat
kakak tapi menolak lamaran juga bukan jalan yang baik. Aku terdiam dan aku
meninggalkan kakak di teras. Aku ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. Tapi aku
engga boleh putus asa. “Jangan
jadikan perkataan yang menyakitkan itu sebagai alasan kita untuk berhenti
melangkah”. aku terus berfikir, mengapa kakak setega itu denganku. Awalnya dia
sangat mendukungku dan mengizinkan aku menikah duluan tapi kenapa tiba-tiba dia
seperti itu. Faktor apa yang membuat dia berkata seperti itu, perkataannya
tepat melukai hatiku. Tepat sasaran sekali.
***
“kak, ade mau bicara.” Ucapku terbata-bata saat melihat
kakakku sedang santai di teras
“kenapa ?” jawab dia sambil menggunting kukunya
“gw siap kok kak dan insya allah gw akan tetep kuliah dan
tetap berkarya.”
“sebenernya gw mah de terserah elo dan gw tetep dukung lo kok
tapi gw Cuma takut lo jadi males kuliah, kan sayang kalo Cuma lulusan aliyah
doang.”
“iya gw tau.”
“lo itu harus inget perjuangan ayah yang engga pengen
anak-anaknya Cuma jadi lulusan SMA kaya ayah. Meskipun ayah Cuma lulusan SMA
tapi ayah tuh engga pengen kita ngikutin jejak beliau.” Penjelasan kakak ku
jadi membuat aku semakin sedih
“iya iya kak, kak ulum juga bilang gitu sama gw “kamu harus
tetap kuliah karena kamu kudu sukses neng” itu harapan kak ulum, kak.”
“yaudah sekarang kita semua dukung, tinggal diri lo nya aja
gimana. Lo harus pinter-pinter bagi waktu. Biasain dari sekarang.” Pesan kakak
sungguh indah bagai mutiara
Aku jadi teringat, kata-kata guruku dulu waktu masih
mondok Ustad. Mukhtar bilang, “bapaknya insinyur kemudian anaknya jadi insinyur
juga itu udah biasa menurut saya tapi kalo bapaknya Cuma tukang becak terus
anaknya jadi sarjana itu yang luar biasa menurut saya”.
Biar agak
sedikit galak tapi kakak ada kalanya selalu bener. Cara dia mendidik adiknya
memang kasar tapi itu bukti bahwa dia tidak ingin adiknya lemah dan biar selalu
semangat menjalani kehidupan ini. Dan aku fikir, ini adalah bumbu kehidupan.
Ada kalanya kita musti sadar bahwa hidup itu tidak selamanya berjalan mulus.
Selalu ada rintangannya. Ada pepatah mengatakan bahwa “life is like a roller coaster. It has its ups and downs. But it’s your
choice to scream or enjoy the ride”.
***
THEY ASK
Aku
memarkir motorku di samping kampus. Ketika aku memasuki kelas, ternyata sudah
banyak temanku yang datang. Aku duduk disamping temanku yang bernama sheren.
Hampir satu jam kami semua menunggu dosen mengisi materi kuliah pada pagi ini.
Namun ternyata dosennya tidak bisa hadir karena ada halangan.
“eh seren, gw mau cerita deh sama lo.” Ucapku
saat kita berdua sedang makan siang di kantin
“cerita apaan lo ?” tanya sheren
“gw mau dilamar nih.”
“hah ? dilamar ? lamar apa nih, lamar buat
nikah gitu ?”
“iyaa.”
“ah bohong mulu lo sama gw, terus terus dia
gimana itu ?” lirikkan matanya menggoda aku sekali
“dia siapa si maksudnya.” Aku balik bertanya
“itu tuh sii itu haha.” Tawa kita seketika meledak
bersama.
Setelah makanan yang kami pesan sudah datang, aku dan dia kembali bercerita.
“jadi
gimana awalnya kok tiba-tiba lo langsung bilang mau nikah gitu sii ? pacaran
juga lo kayaknya engga kan sama calon lo nanti.” Lanjut dia
“setelah
gw lepas dari dia, gw selalu yakin kalo Tuhan sedang menyiapkan seseorang yang
terbaik buat gw, cepat ataupun lambat. gw yakin Tuhan memberikan apa yang kita
butuhkan bukan apa yang kita inginkan, bener kan ?” ceritaku
“iya gw
ngerti kalo masalah itu, tapi apakah secepat itu ? umur kita masih belasan loh
nid.” Tanya sheren
“calon gw
umurnya beda 10tahun sama gw, dimana gw bisa ngambil kesimpulan bahwa beliau
bisa membimbing gw, melindungi gw, bagi gw engga penting harta atau kedudukan
tapi yang gw penting adalah agama beliau
yang bisa nuntun gw kejalan syurga.”
“ya itu
menurut versi lo, tapi sekarang gw mau tau kenapa lo langsung mau gitu diajak
nikah ?” sheren masih penasaran rupanya
“jodoh
Tuhan yang ngatur, nikah itu ibadah, kadang gw berfikir, ada baiknya juga nikah
muda.” Jawabku
“apa
baiknya menurut lo ?” Tanyanya
“diusia
muda gw, gw udah jalan sama orang yang halal buat gw. Udah engga ada fitnah
lagi jika gw jalan berdua dengan beliau.” Kirikan mataku tertuju pada foto dia
yang menjadi wallpaper handphoneku
“ah elo
bisa aja tapi iya bener sih jadi enak gitu yah udah nyaman seratus persen.”
Kata sheren
“hehe
iyaa, dan jodoh itu di tangan Tuhan. Apa yang sekarang Tuhan beri maka patut
kita syukuri karena hidup itu karunia terindah.”
“iya sih
gw juga berfikir sepeti itu, mau cepet atau lambat pasti semua orang
merasakannya.”
“kalo
dalam agama gw, ada sebuah hadist mengatakan bahwa seorang perempuan yang
menikah itu berarti satu kakinya sudah berada di syurga dan tinggal kaki yang
satunya lagi.” Jelasku
“oh gitu
yah, tapi lo tetep kuliah kan ?”
“iya gw
tetep kuliah kok dan doain aja semoga semua lancar tanpa hambatan.” Pintaku
pada teman kuliahku
“amin
amin.” Percakapan kami cukup sampai disitu. Aku jelaskan juga pada sheren yang
berbeda agama denganku tapi dia sangat menghormati aku, bahwa menikah itu
sunnah Nabi.
***
Tidak hanya
satu atau dua orang temanku yang mengatakan bahwa aku masih terlalu muda untuk
menikah. Namun aku katakan bahwa semua Tuhan yang ngatur. Aku selalu bilang
kepada mereka, “jika dia bisa nerima semua kekuranganku maka dia sempurna
untukku dan jika dia mempunyai niat baik untuk meminangku maka biarkan aku
beristikhoroh”. Seperti itulah kata-kata yang aku ungkapkan. Pro dan kontra
pasti ada dan menurutku itu wajar karena setiap manusia mempunyai jalan
pemikiran yang berbeda. Bagiku jika semua orang didunia ini mempunyai keinginan
yang sama maka tidak akan ada warnanya. Perbedaan adalah rahmat dan menurutku
justru kita belajar banyak dari sebuah perbedaan.
“kamu udah istikhoroh belum ?” tanya temanku
“dari awal semenjak dia mengutarakan niat baiknya untuk
melamarku, aku selalu berdoa dan memohon. Aku engga pernah lelah dan aku tidak
boleh lelah.” Sebuah senyum aku berikan kepada temanku yang bertanya seperti
itu
“iya bener, Tuhan lebih tau mana yang baik untuk hambanya dan
mana yang tidak baik, ambil hikmah dari sebuah perjalanan ini.”
“ini adalah kejadian yang sakral dimana menurutku sebuah
pernikahan adalah sekali seumur hidup dan satu untuk selamanya dan aku akan
selalu mengikut sertakan Tuhan dalam setiap untaian doaku.” Ucapku. Temanku
tersenyum sambil memelukku dan berkata “mabruk, alfu mabruk yaa shohibati”. Tak
sadar airmataku mengalir bahagia.
***
WONDERFUL CONVERSATION
Pagi itu udara
terlihat cerah. Tapi sayang, aku tidak terlalu menyukai pemandangan di pagi
hari. Aku lebih menyukai pemandangan di malam hari, begitu memberiku berbagai
inspirasi. Tiba-tiba handphoneku bergetar.
“halo assalamu’alaikum.” Ucapku
“waalaikum salam warahmatullahi wabaarakatu.” Jawab orang
disana. Aku mengenal sekali itu suara siapa
“ada apa kakak ?” dengan sangat pedenya aku langsung memanggil
kakak
“ini bener nida kan ?” tanya orang disebrang sana
“iya bener ini nida, ini kaka ulum kan ?” tanyaku
“oh bukan ini bukan kak ulum.”
“terus siapa ? ah bohong, ini kak ulum kan ?” aku masih saja
mengotot
“bukan neng bukan salah lagi hahaha.” Tawanya lepas bebas.
Ternyata dia ingin ngerjain aku. Aku tersenyum lepas. Tetapi tidak lama
kemudian, aku bicara.
“kakak dengerin deh lagu ini.” Aku menyetel lagu-lagunya
Chrisye untuk dia dengar. Setelah lagu-lagu Chrisye aku putar, aku berkata,
“nah atau lagu ini kak, enak banget.” Aku memutar lagunya
Ebiet G Ade
“atau ini kak lagunya aduhai sekali.” Kemudian aku memutar
lagunya Vina Panduwinata. Aku yakin, pasti dia disana hanya bisa menggelengkan
kepalanya mengikuti tingkah nakalku.
“kamu suka lagu-lagunya Chrisye ?” nadanya bertanya seperti
orang keheranan
“saya mah lebih suka lagu 80an kak.” Jelasku
“emmm lagunya Ebiet dan Vina kamu juga suka ?”
“iyaa hehehe.”
“ada ya orang kaya kamu, umur muda, jiwa muda, tapi sukanya
lagu-lagu jaman dulu.” Ucapnya
“waktu saya masih TK tuh, ayah saya kalo beres-beres rumah
sambil dengerin lagunya Ebiet kak. Makanya sampe sekarang saya suka banget.”
Aku tersenyum lebar
“oh gitu yah, kalo Chrisye dan Vina kenapa ?” tanyanya lagi
“itu lagu-lagu bunda saya yang sering di nyanyiin kalo lagi
nyuci piring kak hehehe.” Candanku ternyata mampu membuat dia tertawa lepas
“lucu juga yah, jadi karena itu kamu lebih suka lagu-lagu
jaman dulu gitu ?” kelihatannya dia masih penasaran sekali dan terus bertanya
“selain itu, aku suka karena liriknya itu penuh makna dan
berkarakter kak apalagi kalo di pahami setiap katanya hehehe.”
“wah wah wah hebat kamu yah kecil-kecil. Saya aja baru denger
nih dari anak seusia kamu yang suka lagu-lagu jamannya kakek-nenek.”
“iya kaka, kakak saya aja suka aneh kalo denger saya lagi
muterin lagu-lagunya mereka.” Ucapku
“pasti lah orang aneh, biasanya tuh anak seusia kamu lebih
suka lagu-lagu cinta zaman sekarang.”
“hehehe.” Aku hanya tertawa
***
Memang setiap
aku dan dia bercakap-cakap melalui telvon lebih senang membahas tentang
kesukaan masing-masing dan dengan begitu kita menjadi tahu bagaimana karakter
masing-masing. Aku yang tidak terlalu suka pergi ketempat yang ramai seperti
pasar ataupun Mal membuat dia benar-benar heran. Karena dia sendiri lebih suka
berada ditempat yang ramai oleh pengunjung seperti Mal. Dalam hal tersebut kita
tidak pernah mempermasalahkannya karena ini adalah sebuah warna. Berbicara
tentang warna, aku baru ingat dulu awal sekali aku bertemu dia, dia berkata
kepadaku,
“kita boleh memberi warna hidup kita kepada orang lain tapi
jangan sampai orang lain mewarnai kehidupan kita, itu neng pesen Kyai.”
Banyak sekali
pelajaran yang aku dapat dari dia. Aku selalu bersyukur. Tak hentinya aku
berterima kasih kepada Tuhan yang telah mempertemukan aku dengan dia, di
pertemuan yang baik dan mulia. Ini menjadi awal yang berkesan untuk hidupku.
Ini menjadi awal yang indah untuk hidupku. Entah dengan apa lagi aku menunjukkan
rasa syukurku yang sangat dalam. “ini
adalah KARUNIA terindah yang diberikan Tuhan untuk aku dan hidupku”.
***
HAPPY DAY
Hari ini adalah
hari sabtu, tepat tanggal 11 FEBRUARI 2012. Aku tidak mampu untuk berkata-kata
karena hari ini adalah hari bahagiaku juga hari bahagia untuk dirinya. Pagi
itu, dia datang untuk melamarku. Hal yang paling dinanti oleh setiap wanita
adalah waktu dimana ada seorang pria yang ingin mengutarakan keseriusannya
untuk menjalin mahligai rumah tangga. Aku berasa seperti mimpi. Yah aku seperti
bermimpi. Bagaimana tidak di umurku yang 19 ini aku sudah lebih dulu merasakan
hari yang istimewa. Di tengah perjalanannya, dia mengirim pesan untukku. Pesan
yang membuat aku seperti ada di musim semi.
“i love you myqueen.” Pesan itulah yang aku terima. Pesan yang
sederhana tapi mampu membuat senyum di bibirku selalu mengembang. “i love you
too” balasku lirih tapi di dalam hati.
***
Aku tak bisa
banyak bercerita mengenai hari lamaran itu. Aku sungguh bahagia. Dan aku akan
selamanya bahagia mengingat hari itu. Setelah hari lamaran itu berlalu. Yang
aku lakukan adalah menjaga kesehatan aku agar tetap vit dihari pernikahan
nanti. Karena akhir-akhir ini cuacanya selalu hujan. Yang bisa menyebabkan
pilek, batuk dan pusing. Dan juga kebetulan aku hampir selalu kehujanan jika
pulang dari kampus. Sebisa mungkin aku selalu menjaga kesehatanku. Dan hingga
menjelang hari pernikahanpun aku tak pernah lelah terus memohon kepada yang
kuasa. Kala raga dan jiwa tak mampu
untuk bergerak namun hati nurani tak pernah henti mengadu pada sang illahi.
Tuhan, jadikan
kami hamba yang selalu ta’at kepadamu, ridhoi hubungan kami hingga maut
memisahkan kami. Ridhoi semua niat dan langkah kami. Tuhan, hanya kepada-Mu
kami semua berserah diri. Amin
Do’a yang tak
pernah lupa aku panjatkan adalah “rabbana hablanaa min azwadzinaa wa dhuriatina
qurata a’yun wajal’naa lilmutaqina imama.” Doa untuk diberi pasangan yang bisa
menjadi imam yang baik. Amin
***
SPECIAL
GIFT FOR MY HUSBAND
Kesimpulannya,
awal aku mengenal sosok suamiku di acara lomba menulis KH. Noer Alie Pahlawan
Nasional Asal Bekasi. Setelah sekian lama berkomunikasi sederhana, timbullah
rasa kasih dan sayang. Aku membiarkannya seiring waktu berjalan. Tanpa henti
aku selalu berdoa dan berdoa supaya diberi petunjuk, “Tuhan, jika dia memang
yang terbaik untukku maka dekatkanlah hatinya dan dirinya denganku, jika dia
bukan yang terbaik untukku maka damaikanlah hatiku dengan ketentuan-Mu”.
Dengan
dukungan dari bunda, ayah, kakak, dan sanak keluarga serta teman-temanku, aku
mengucap Bismillah. Ini awal aku menempuh hidup baru. Seperti lirik lagu Nuke
“lupakan cerita kelabu kita susun lagi langkah baru”. Aku seperti mimpi
bersanding dengan suamiku. Pria hebat yang pernah aku jumpai. Pria yang ingin
menghabiskan sisa hidupnya bersamaku. Pria yang akan menjadi imam untukku dan
keluargaku. Pria yang akan menjadi seorang ayah untuk anak-anakku. Pria yang
akan menjadi penuntun aku serta anak-anak menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Terimakasih Tuhan.
Ini
adalah karunia terindah yang diberikan oleh Tuhan untukku. Dan tak lupa aku
ingin mengucap banyak terima kasih kepada Kakanda Annisa yang rela dan ikhlas
aku langkahin. Yang tetap tersenyum meski aku duluan yang menempuh hidup baru.
Senyummu kanda akan selalu terlukis dalam hatiku. kerendahan hatimu menjadi
jembatan untuk kebahagiaanku. Jika dulu kakakku ingat bahwa teman kecilnya yang
benama Edi pernah bilang “hati-hati lo dilangkahin ade lo”, dan terimakasih
karena ucapan itu menjadi doa. Doa yang terkabul dan semoga menjadi doa yang
selalu membawa keberkahan. Masih ingat aku meski ucapan itu terbilang 4 tahun
silam. Juga untuk bundaku yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesahku dan
semua ceritaku. Bunda, you’re my everything.
Mungkin proses antara aku dan suamiku
termasuk dalam bilangan yang cepat. Akhir November aku bertemu suamiku kemudian
3 hari setelah bertemu, suamiku mengutarkan ketertarikan dan kenyamanannya saat
bertemu denganku kepada bundaku. Awal Februari suamiku melamarku hingga bulan
Maret langsung mengadakan akad nikah sekaligus resepsi. Hanya berjalan 2 bulan
aku mengenal lebih dekat dengan suamiku atau dalam islam disebut ta’aruf.
Back
to special gift for my husband. Aku sangat mencintaimu, myhusband. Kado
sederhana yang indah dariku untukmu adalah sebuah buku yang sederhana ini yang
dimana aku menceritakan tentang kisah kita kepada semua orang yang hadir di
acara pernikahan kita sebagai sebuah souvenir. Aku hanya bisa memberikan ini,
aku berusaha menyempatkan diri untuk menulis kisah kita ditengah aktivitas
kuliahku dan ditengah aktivitas aku yang lainnya, aku hanya bisa
mempersembahkan ini sebagai kado ULANGTAHUN untukmu, dan juga untuk kado
PERNIKAHAN kita. Tepat tanggal 3 Maret 2012 adalah hari ULANGTAHUN suamiku yang
ke 29 dan dihari ini pula acara PERNIKAHAN aku dan suamiku diadakan. “Selamat
ulang tahun my husband semoga di umurmu yang ke 29 ini menjadi awal yang penuh
berkah untuk selamanya amin. Aku, aku sangat mencintaimu, suamiku.” Tak terasa
airmataku mengalir bahagia.
“Pada suatu hari Aristoteles bertanya kepada
gurunya, apa cinta sejati itu ? Lalu gurunyapun menjawab, “berjalanlah lurus di
taman bungan yang luas kemudian petiklah satu bunga yang terindah menurutmu dan
jangan pernah berbalik ke belakang.” Kemudian diapun melakukannya, tapi dia
kembali dengan tangan hampa, gurunya pun bertanya, ‘mana bungannya?’, Dia
menjawab, “saya tidak bisa mendapatkannya namun sebenarnya saya telah
menemukannya. Tapi saya berfikir di depan saya masih ada yang lebih bagus dan
lebih baik lagi, tetapi ketika saya sampai di ujung taman, saya baru sadar
bahwa yang saya temui pertama tadi itulah yang terbaik. Tapi saya tidak bisa
kembali ke belakang lagi, karena sudah ada yang mengambilnya”. Gurunya pun
berkata, “seperti itulah cinta sejati, semakin kamu mencari yang terbaik maka
kamu tak akan pernah menemukannya”. Jangan pernah menyia-nyiakan cinta
seseorang yang tumbuh di hatimu saat ini karena waktu tak akan pernah kembali.
Sederhana
saja, dengan mengucap kata, “hadza min fadhli rabbi, ini adalah karunia
terindah dari Tuhan” suamiku menggandeng erat tanganku untuk menuju masa depan
yang bahagia.
Thank you for your attendance at our event. Your prayers are very valuable to us.
Salam NU “Nida dan Ulum”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar